LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGETAHUAN
BAHAN PANGAN
ACARA
IV
NIRA
Penanggung
Jawab:
Arimah
(A1M011021)
KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDRAL SOEDIRMAN
TEKNOLOGI
PERTNIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemanis alami adalah pemanis yang
didapat dari bahan-bahan yang terdapat di alam,
seperti pada produk tanaman. Buah-buahan mengandung pemanis dalam bentuk
glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Selain produk tanaman pemanis alami juga dapat diperoleh dari produk hewani yaitu pada susu terdapat pemanis yang
disebut dengan laktosa. Selain itu juga bias didapat dari
madu. Bahan sumber pemanis alami yang banyak digunakan dalam industri adalah tebu, beet, nira.
Nira dihasilkan oleh tanaman yang
berdaun hijau dan digunakan dalam metabolisme
tanaman. Pada beberapa jenis tanaman nira disimpan di dalam akar, batang, bunga
dan buah. Nira dalam tanaman berebentuk sukrosa, glukosa dan fruktosa.
Nira adalah cairan yang keluar dari
bunga kelapa atau pohon penghasil nira yang lain seperti aren, siwalan, dan
lontar yang disadap. Cairan ini merupakan bahan baku pembuatan gula merah.
Dalam keadaan segar, nira mempunyai aroma yang harum, rasa yang manis, dan
relative tidak berwarna.
Cairan nira biasanya disadap dari
bunga jantan, walaupun bunga betina juga dapat disadap niranya namun jumlah dan
mutu hasil sadapannya lebih memuaskan bunga jantan daripada bunga betina.
Nira diambil dari tumbuhan dengan
kandungan gula pada konsentrasi 7,5% sampai 20%. Nira pada umumnya memiliki kandungan
gula yang sangat tinggi. Gula utama penyusun nira adalah sukrosa yaitu sekitar
13-17%. Nira juga mengandung glukosa dan fruktosa tetapi dalam jumlah yang
sangat kecil. Nira yang baik bercirikan masih segar, rasa manis, harum, tidak
berwarna dan derajat keasamannya (pH) sekitar 6,0-7,0.
B. Tujuan
1.
Menetapkan sifat fisik nira
2.
Menetapkan sifat kimia nira
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Nira adalah cairan yang disadap dari bunga jantan
pohon aren. Cairan ini mengandung gula antara 10-15%. Nira dapat diolah menjadi
minuman ringan, maupun beralkohol, sirup aren, gula aren dan nata de arenga.
Penyadapan aren tidak sulit dilakukan (Tarwiyah et all,2001).
Nira merupakan cairan manis yang terdapat di dalam
bunga tanaman aren, kelapa dan lontar yang pucuknya belum membuka dan diperoleh
dengan cara penyadapan. Nira diperoleh dengan menyadap
mayang yang belum membuka. Satu buah mayang dapat disadap selama 10-35 hari.
Hasil yang diperoleh adalah 0,5-1 liter nira setiap mayang (Suhardiyono, 1988).
Nira yang baik
bercirikan masih segar, rasa manis, harum, tidak berwarna dan derajat keasaman
(pH)nya antara 6,0 – 7,0. Nira yang jelek pHnya >6,0 dan bila digunakan,
mutu gulanya akan ikut jelek (Deptan,1993). Nira yang kurang baik mudah menjadi basi, aroma dan rasanya kecut, dan akan
menghasilkan gula kelapa yang mudah lengket. Sedangkan nira kelapa yang
berkualitas baik dan masih segar mempunyai rasa manis, berbau harum, tidak
berwarna (bening), derajad keasaman (pH) berkisar 6-7, dan kandungan gula
reduksinya relatif rendah (Al aziz, 2011).
Nira
kelapa terdiri dari sakarosa sekitar 13 – 17%, protein 0,02 – 0,03%, air
75-90%, lainnya adalah bahan organik seperti karbohidrat, asam amino, zat warna
dan lemak serta garam mineral. Getah
kelapa mengandung sejumlah kecil garam-garam mineral dan vitamin, antara lain
asam askorbat sebesar 16-30 mg/10 ml getah kelapa (Astuti,2010).
Nira
yang masih segar adalah jernih, hampir tidak berwarna dan sangat manis. Menurut
Gibbs, ciri-ciri nira dapat dinyatakan sebagai berikut :
Ciri-ciri
Nira
|
Nilai
rata-rata per 100 ml
|
Density
|
1,07
|
Bahan Padat
|
17,5
|
Keasaman
|
Sangat sedikit
|
Abu
|
0,40
|
Sukrosa
|
16,5
|
Gula Invert
|
Sedikit sekali
|
Senyawa Nitrogen
|
0,60
|
(Suhardiyono,1988)
Nira adalah cairan yang keluar dari bunga kelapa atau pohon penghasil nira lain seperti aren, siwalan dan lontar yang disadap.
Dalam proses penyadapan, nira memerlukan penanganan, sebelum maupun
sesudah penyadapan karena nira merupakan cairan yang
mengandung kadar gula tertentu dan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri, kapang maupun khamir (Meylani, Tanti, dkk, 2011).
Kerusakan
nira terjadi pada saat dimulainya nira tersebut ditampung pada bumbung atau
pada waktu nira tersebut disadap dari pohon dan pada waktu nira disimpan untuk
menunggu waktu pengolahan, walaupun cairan yang ke luar dari bunga steril. Karenanya bila nira didiamkan beberapa waktu
akan terjadi proses fermentasi sukrosa dalam nira oleh mikroorganisme dirubah
menjadi alkohol dan lama kelamaan menjadi asam (Astuti,2010).
Perubahan
yang dapat terjadi dari gula di dalam nira karena aktivitas mikroorganisme
adalah sebagai berikut :
Pada
nira reaksi pertama terjadi inversi sukrosa bila terdapat asam atau enzim di
dalam nira. Pada reaksi yang kedua glukosa dan fruktosa hasil inversi
difermentasi menjadi etanol, dan pada reaksi ketiga terjadi oksidasi etanol
oleh bakteri A. Aceti menjadi asam
asetat. Peristiwa inversi tersebut
terjadi karena sukrosa terhidrolisa menjadi D-glukosa dan D-fruktosa, hal ini
disebabkan oleh aktivitas enzim fruktoforanosidase (-h-fruktosidase, invertase)
yang dihasilkan mikroba. Jika terjadi fermentasi lanjut maka kadar gula akan
menurun, kadar alkohol meningkat kemudian terjadi peningkatan kadar asam
sehingga pH berkecenderungan untuk menurun (Handayani,2008).
Nira
yang sudah terfermentasi menghasilkan toddy
wine atau palm wine yang di
Indonesia popular disebut “tuak”.
Mikroba yang terdapat pada nira adalah khamir dan bakteri. Khamir yang terdapat dalam jumlah besar pada
tuak adalah Saccharomyces cerevisiae, sedangkan bakteri yang ditemukan
pada tuak tersebut adalah bakteri-bakteri dari genus Lactobacillus,
Acetobacter, Sarcin, Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus, Eymomonsa,
Brevibacterium, Micrococcus, Serratia, Corynebacterium, Pediococcus dan Klebsiella.
Tipe khamir yang tumbuh pada nira tergantung pada jenis khamir yang dominan
dan suhu nira yang bersangkutan (Handayani,2008). Reaksi yang terjadi pada waktu fermentasi adalah sebagai berikut :
C12H22O11+ H2O C6H12O6+ C6H12O6
(sukrosa) (air) (glukosa)
Saccharomyces
2 C6H12O6 4 C2H5OH + CO2
(etil alkohol)
Acetobacter
4 C2H5OH + 4 O2 4 CH3COOH + 4 H2O
(asam asetat)
Untuk perubahan
dari sukrosa sampai alkohol terlibat kegiatan ragi, dari alkohol ke asam asetat
terlibat kegiatan bakteri dan hasilnya berupa cuka berasa asam. Karena proses
ini membutuhkan alkohol, sehingga alkohol yang diperoleh menjadi berkurang.
Untuk memperoleh produk yang dikehendaki maka harus dilakukan proses
penghambatan terhadap kegiatan mikroorganisme. Jika produk yang dikehendaki
adalah kristal gula, maka seluruh kegiatan mikroorganisme harus dihentikan. Cara yang sering dilakukan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan
mikroorganisme ini adalah dengan penambahan kapur atau asam benzoat. Penambahan asam benzoat dengan
konsentrasi 0,2% dapat menghambat fermentasi yang dilakukan baik oleh ragi
maupun bakteri. (Grimwood,1961).
Tingkat kejernihan pada bahan pemanis salah satunya ditentukan oleh jumlah kotoran dan kekeruhannya. (Winarno, 2004). Protein atau pektin
bereaksi dengan polifenol membentuk koloid yang menimbulkan
kekeruhan. Untuk menghilangkan kekeruhan dapat dipakai bahan penjernih.
Proses purifikasi bertujuan untuk
menghilangkan atau membuang bahan organik dan anorganik dalam bahan (Meylani, Tanti, dkk, 2011). Penjernihan
dapat dilakukan dengan mengunggunakn larutan kapur. Setelah diberi kapur, nira
dipanaskan sampai kira-kira 50-60 C. pada suhu demikian, semua kotoran akan
terpisah (anonim, 1992).
Nira
yang sudah dibebaskan dari kotoran berwarna kuning muda dan jernih. Nira ini
dipanaskan secara terus menerus. Semakin kental nira yang dimasak, warnanya
semakin kuning dan buihnya semakin rendah. Setelah nira berwarna merah cokelat,
dan masakan nira sudah banyak susutnya maka nira yang diangkat dan siap untuk
dicetak (Anonim, 1992).
V.
METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
| Alat
·
pH meter
·
Refraktometer
·
Termometer
·
Biuret
·
Alat-alat gelas lainnya
| Bahan
·
Nira kelapa (segar)
·
Kapas
·
Kertas saring
·
Larutan NaOH 0,1 N
·
Larutan indikator PP 1%
·
Larutan sukrosa 5%
·
Larutan sukrosa 10%
B.
Cara Kerja
a.
Penetapan sifat fisik nira
Dinilai secara inderawi
warna,kejernihan,aroma dan tingkat kemanisan nira (dibandingkan dengan
larutan sukrosa 5% dan 10%
)
|
Nira dituang kedalam
erlenmeyer 250 ml
|
Adanya kotoran pada nira
diamati dari kotoran yang menempel pada kapas setelah digunakan untuk
menyaring nira
|
b.
Penetapan
sifat kimia nira
a.
pH
Nira 5-8 ml dimasukkan kedalam
beaker glass 10 ml
|
pH ditetapkan dengan pH meter
atau kisaran pH-nya dengan indicator strip yang disesuaikan
|
b.
Total
asam tertitrasi
Nira yang telah disaring 20 ml
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dengan indikator PP 1%
|
Total asam tertitrasi
dinyatakan sebagai ml NaOH 0,1 N/ml nira
|
c.
Total
Gula
Sedikit nira yang telah
disaring diteteskan pada prisma refraktometer
|
Dibaca skala pada
refraktometer dan kadar gula nira dinyatakan dalam Brix
|
d.
Total
solid/padatan
Nira 2 gram (ditimbang dengan
cawan porselen yang beratnya sudah diketahui)
|
Dimasukkan ke dalam oven
(T=105-110oC) dilakukan sesuai prosedur kadar air sampai bobot
konstan
|
VI.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
a.
Sifat
fisik nira
No
|
Parameter
|
Kelompok
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1.
|
Warna
|
Putih kekuningan
|
Putih kekuningan
|
Putih kekuningan
|
Putih kekuningan
|
Putih kekuningan
|
Putih kekuningan
|
2.
|
Kejernihan
|
Tidak jernih
|
Tidak jernih
|
Tidak jernih
|
Tidak jernih
|
Tidak jernih
|
Tidak jernih
|
3.
|
Aroma
|
Kuat
|
Kuat
|
Kuat
|
Kuat
|
Kuat
|
Kuat
|
4.
|
Tingkat
kemanisan
· Sukrosa 5%
· Sukrosa 10%
· Nira
|
Sedikit manis
Agak manis
Manis
|
Sedikit manis
Agak manis
Manis
|
Sedikit manis
Agak manis
Manis
|
Sedikit manis
Agak manis
Manis
|
Tidak manis
Sedikit manis
Agak manis
|
Tidak manis
Sedikit manis
Agak manis
|
5.
|
Kotoran
|
Sedikit
|
Sedikit
|
Sedikit
|
Sedikit
|
Sedikit
|
Sedikit
|
b.
Penetapan
sifat kimia nira
No
|
Parameter
|
Kelompok
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1.
|
pH
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
2.
|
Total
asam tertitrasi
|
0,035 ml NaOH 0,1 N /20 ml
|
0,035 ml NaOH 0,1 N /20 ml
|
0,025 ml NaOH 0,1 N /20 ml
|
0,025 ml NaOH 0,1 N /20 ml
|
0,035 ml NaOH 0,1 N /20 ml
|
0,035 ml NaOH 0,1 N /20 ml
|
3.
|
Total
gula
|
15 Brix
|
15 Brix
|
15 Brix
|
15 Brix
|
15 Brix
|
15 Brix
|
4.
|
Total
solid/ padatan
|
0,41 %
|
16,83 %
|
16,62 %
|
20,91 %
|
3,74 %
|
16,33 %
|
B.
Pembahasan
a. Penetapan sifat fisik nira
1.
Warna
Nira yang masih segar pada umumnya adalah jernih
dan hampir tidak berwarna. Dari hasil pengamatan maka dapat
diketahui warna dari nira yang dihasilkan adalah putih
kekuningan. Hal ini disebabkan oleh
terlambatnya pemasakan nira. Mula-mula nira akan berwarna putih keruh dan lama
kelamaan akan berubah menjadi kekuningan.
2.
Aroma
Nira yang masih
segar umumnya akan beraroma sedap dan harum. Pada
praktikum yang di lakukan aroma nira masih dalam keadaan kuat khas nira dan
belum ada perubahan aroma menjadi asam atau bau berubah, Hal ini menunjukkan
bahwa nira yang digunakan masih dalam keadaan segar dan belum terjadi proses
fermentasi. Proses fermentasi dapat terjadi sejak
nira disadap. Fermentasi ini disebabkan oleh ragi liar maupun bakteri. Proses
ini mengubah sukrosa pada nira menjadi alkohol yang menyebabkan nira berbau
tidak sedap.
3.
Tingkat kemanisan
Nira dalam keadaan
segar mempunyai rasa manis, berbau
harum, dan tidak berwarna
(Meylani, Tanti, dkk, 2011).
Rasa manis yang dihasilkan merupakan akibat dari kandungan sukrosa dan gula pereduksi. Setelah penyimpanan beberapa waktu nira akan mengalami
kerusakan yaitu dengan terbentuknya rasa manis segar beralkohol. Sukrosa merupakan gula yang memiliki tingkat
kemanisan yang paling tinggi jika
dibandingkan dengan jenis gula yang lain.
Hasil
pengamatan dari ke enam kelompok berbeda-beda tentang definisi kemanisan
sukrosa 5%, 10% dan nira, 4 diantaranya mengamati bahwa sukrosa 5% sedikit
manis, sukrosa 10% agak manis dan nira manis. Sedangkan 2 kelompok mengamati
bahwa rasa sukrosa 5% tidak manis, sukrosa 10% sedikit manis dan nira agak
manis. Hal ini terjadi karena kepekaan dari setiap
praktikan berbeda beda dalam merasakan kemanisan. Dari data
pengamatan tingkat kemanisan nira lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa 5% dan
sukrosa 10%. Hal itu terjadi karena kandungan sukrosa pada nira lebih tinggi
dari pada sukrosa 5% dan 10% yaitu sekitar 13-17%.
4.
Kotoran
Nira segar
seharusnya bersih dan jernih. Dalam praktikum ini nira yang dipakai mengandung
kotoran dapat dibuktikan dengan adanya sedikit kotoran yang menempel pada kapas bekas menyaring nira. Hal ini dapat disebabkan oleh wadah yang disediakan untuk menampung nira
kurang bersih. Kotoran
pada nira dapat berasal dari bumbung, dapat pula berasal dari kotoran dari bunga kelapa maupun serpihan kayu yang berasal
dari kulit buah ikut masuk
ke dalam nira tersebut.
5.
Kejernihan
Nira segar
seharusnya jernih. Dalam praktikum ini nira dalam
keadaan tidak jernih. Tingkat
kejernihan pada bahan pemanis salah satunya ditentukan oleh jumlah kotoran dan kekeruhannya (Winarno,
2004). Semakin tinggi jumlah kotoran maka semakin rendah tingkat
kejernihannya. Pengamatan nira menunjukkan bahwa nira terdapat kotoran sehingga
dapat pula menyebabkan nira menjadi tidak jernih. Selain itu, protein atau pektin yang terkandung dalam buah dapat bereaksi dengan polifenol membentuk koloid yang menimbulkan kekeruhan. Tingkat kejernihan juga dapat ditunjukkan oleh
volume bahan pemanis yang dibutuhkan untuk dituang pada gelas ukur hingga
noktah yang diletakkan di bawah gelas ukur tidak nampak. Semakin banyak volume yang dibutuhkan, maka bahan tersebut
makin jernih. Untuk menghilangkan
kekeruhan dapat dipakai bahan penjernih. Proses purifikasi bertujuan untuk menghilangkan atau membuang bahan organik dan
anorganik dalam bahan (Meylani, Tanti, dkk, 2011).
b.
Penetapan sifat kimia nira
1.
pH
pH nira
segar yang baik adalah pada kisaran 6,0 – 7,0. Pada praktikum ini pH nira
setiap kelompok menunjukan bahwa pH nira 6,0. Hal ini menunjukan nira yang
digunakan adalah nira segar dan dalam keadaan baik.
2.
Total Asam Tertitrasi
Total asam adalah jumlah keseluruhan asamyangterkandung di
dalam suatu bahan. Hasil total titrasi dalam praktikum ini bervariasi
masing-masing kelompok. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan pH pada nira
yang digunakan oleh masing-masing kelompok.Total asam terkait dengan pH,
semakin banyak NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi maka semakin rendah pH
sample tersebut. Bila pH semakin rendah berarti semakin banyak pula asam yang terdapat dalam bahan tersebut, sehingga butuh semakin banyak NaOH untuk menetralkannya.
Pada pengamatan kandungan pH nira
dari semua kelompok adalah 6. Akan tetapi hasil total asam tertitrasi berbeda
beda yaitu pada kelompok 1,2,5,6 adalah 0,035
ml NaOH 0,1 N /20 ml dan kelompok 3
dan 4 adalah 0,025 ml NaOH 0,1 N /20 ml padahal pH setiap kelompok sama. Perbedaan hasil total asam tertitrasi ini
dapat disebabkan oleh ketelitian praktikan menetapkan ml NaOH yang
dibutuhkan dalam proses titrasi dan juga cara
penghitungan mempengaruhi hasil total padatan yang diperoleh.
3.
Total Gula
Nira mengandung gula dengan
konsentrasi 7,5 sampai 20,0 %. Untuk mengetahui total gula yang terdapat pada
nira kita menggunakan alat Refraktometer. Kita dapat mengetahui total gula pada
nira yang kita amati dengan meneteskan nira pada alat tersebut, kemudian
membaca skalanya. Angka pada skala dibaca saat warna pada kotak adalah gelap di
satu bagian dan terang di bagian yang lain.
Hasil
pada skala refraktometer di baca dalam derajat brix. Brix menunjukkan total
padatan terlarut dalam suatu bahan. Pada praktikum
ini total gula yang didapat rata-rata adalah 15 brix pada semua kelompok. Hal ini berarti sesuai dengan
karakteristik nira karena konsentrasinya sekitar 7,5 sampai 20,0
%.
4.
Total Padatan
Total padatan nira adalah sebesar 15,20 – 19,70 gr/100ml. Semakin
tinggi total padatan berarti kandungan airnya semakin kecil. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil total padatan
nira yang berbeda-beda setiap kelompok. Hasil
pengamatan total solid nira adalah 0,41 %, 16,83 %,
16,62 %, 20,91 %, 3,74 %, dan 16,33 %. Total solid yang diamati ada yang sesuai
dengan referensi dan ada pula yang menyimpang yaitu 0,41 %, 20,91 %, 3,74 %.
Penyimpangan ini dikarenakan oleh berbagai faktor,
yaitu diantaranya adalah faktor dari luar, lingkungan mempengaruhi total
padatan yang didapatkan. Selain itu ketelitian praktikan menetapkan angka
dalam proses penimbangan dan pemindahan nira dari oven ke desikator juga mempengaruhi,
dikarenakan adanya uap air yang menempel pada cawan atau air bebasnya menguap
dari cawan dan juga cara
penghitungan mempengaruhi hasil total padatan yang diperoleh.
VII.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Nira adalah cairan yang
dihasilkan dari bunga kelapa atau dari pohon penghasil nira.
2.
Nira mempunyai sifat fisik yaitu warna, kejernihan,
aroma, tingkat kemanisan nira, dan kotoran nira.
3.
Nira mempunyai sifat kimia yaitu
pH nira, kadar gula, total asam tertitrasi, total solid.
4.
Berdasarkan sifat fisik dan sifat
kimia nira maka nira yang digunakan menunjukkan masih dalam keadaan segar.
B.
Saran
Pada
praktikum diharapkan agar diperolehnya suatu pengetahuan dasar bagaimana
keberadaan bahan pangan dalam berbagai kondisi dengan sifat-sifat fisik dan
kimia dari masing masing bahan. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, praktikan
berikutnya disarankan untuk:
1.
Alat praktikum diperlengkap dan
berkualitas baik
2.
Perhitungan dilakukan lebih
teliti sehingga mendapat hasil yang sesuai dengan literatur yang ada
3.
Bahan yang dipakai adalah bahan
segar supaya lebih mudah diteliti
4.
Menjaga kesesuaian
antara pelaksanaan dan prosedur kerja yang telah ada.
5.
Memahami dasar-dasar
pengetahuan bahan hasil pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Alaziz, Rizki. 2011. .http://rizqi-aziz.blog.unsoed.ac.id/2011/06/25/nira/.
diakses pada tanggal 20 Juni 2012
Anonimous,1992.Industri Gula: http://blog.its.ac.id/mahfud/files/20-9/03/industri-kimia-gula.pdf
diakses tanggal 20 Juni 2012
Astuti ,Pebtri. 2010. Pengaruh Variasi Starter Antara Nira Kelapa
Dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata De Coco. Jurnal Kimia. Akses 23 Juni
2012
Deptan. 1993. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0141.pdf diakses pada tanggal 20 Juni 2012
Grimwood,B.E. 1961. Coconut Palm Products. Rome : Food and Agriculture Organization of the United Nations
Handayani ,Sri. 2008. Potensi Nira Dari Kelapa.
Tim PPM Jurdik Kimia FMIPA UNY
Meylani, Tanti, Hasti Purnasari, dan Yuni Astuti. 2011. Pembuatan Berbagai Jenis Gula Dari
Nira Tebu, Gula Kelapa, Dangula Aren Serta Analisis Produk Gula. Laporan Teknologi Pati, Gula Kamis, 24-31
Maret 2011 Dan Sukrokimia, http://www.scribd.com/doc/91218764/Laporan-Teknologi-Pati.diakses
tanggal 23 Juni 2012
Suhardiyono,L. 1988. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya.
Yogyakarta: Kanisius
Tarwiyah et all. 2001. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan/tanaman%20
penghasil%20gula/nira.pdf diakses pada tanggal 20 Juni 2012
Winarno,F.G.2004. Pangan Gizi, teknologi, konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
LAMPIRAN LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar