Senin, 09 Juli 2012

LAPORAN KIMDAS2


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR II


ACARA
UJI BAYER UNTUK SENYAWA KARBON
RANGKAP DUA DAN RANGKAP TIGA





Penanggung Jawab:
Arimah (A1M011021)


KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTNIAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2012


I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain.
Pada dasarnya terdapat tiga jenis hidrokarbon:
1.    Hidrokarbon aromatik, mempunyai setidaknya satu cincin aromatic
2.    Hidrokarbon jenuh, juga disebut alkana, yang tidak memiliki ikatan rangkap atau aromatik.
3.    Hidrokarbon tak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap antara atom-atom karbon,
Keluarga hidrokarbon dapat dilukiskan oleh gambar berikut:
       Hidrokarbon

                          Hidrokarbon alifatik            Hidrokarbon siklik (lingkaran)


 
                    Alkana     Alkena    Alkuna         Jenuh                   Tak jenuh
(siklo alkana)             (hidrokarbon aromatik)
Semua persenyawaan hidrokarbon bersifat non-polar, sehingga ikatan antar molekulnya sangat lemah. Karena itu hidrokarbon yang berat molekulnya rendah berbentuk gas. Karena sifat non-polarnya maka hidrokarbon akan mudah larut dalam pelarut-pelarut berpolaritas rendah seperti karbontetrakhlorida, khloroform, benzena, dan eter; selain itu hidrokarbon mempunyai kerapatan yang lebih kecil dari air.
Salah satu cara untuk mengetahui sebuah larutan tersebut mengandung senyawa hidrokarbon jenuh atau tidak jenuh dengan cara uji bayer. Prinsip dari Uji Baeyer ini adalah untuk mendeteksi ikatan rangkap dua dan tiga suatu senyawa hidrokarbon dengan uji Baeyer adalah berdasarkan hilangnya warna ungu dari ion MNO4, karena bereaksi dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO.
B.     Tujuan

Menunjukkan adanya ikatan rangkap pada senyawa karbon.









II
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum :
Hari / Tanggal : Sabtu, 2 Juni 2012
Tempat            : Laboratorium Pangan dan Gizi Fakultas Pertanian
Universitas Jendral Soedirman

B.     Alat  dan Bahan


Alat:
·         Tabung reaksi
·         Pipet seukuran
·         Pipet tetes
·         Rak tabung reaksi
Bahan:
·         Minyak Kelapa 2 tetes
·         Minyak sawit 2 tetes
·         Air Aquadest 2 ml
·         Aceton 2ml
·         95 % Etanol (Alkohol) 2 ml
·         KMnO4 5 tetes






C.    Cara Kerja


 
                                                                                                                            

















III
TINJAUAN PUSTAKA

Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Golongan senyawa ini amat penting peranannya dalam abad teknolgi ini. Karena begitu nayak produk yang dapat diturunkannya : tekstil, plastik, bahan anti beku, obat-obatan, anestatika, cat, pupuk, bahan peledak dan sebagainya. (Abdulloh. 2007).
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997).
Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
1.      Hidrogen alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka. Yang termasuk hidrokarbon alifatik adalah alkana, alkena, dan alkuna.
2.      Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih.
3.      Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih–ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas.




|  Alkana
adalah hidrokarbon jenuh yang memiliki jumlah atom hydrogen maksimum. Rumus umumnya CnH2n+2. Sifat-sifatnya antara lain larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam pelarut polar, dapat mengalami reaksi halogenasi, dll.
|  Alkena
adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki kekurangan 2 atom H dan mempunyai ikatan rangkap 2 pada atom C=C. alkena memiliki rumus umum CnH2n dan merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon tak jenuh ini berisomer dengan sikloalkana. Sifat-sifatnyua antara lain tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic, lebih reaktif dari alkana, dll. Dalam struktur molekulnya, alkena mengandung hidrogen lebih sedikit hal ini yang menjadikan alkena sering disebut senyawa tak jenuh.
|  Alkuna
adalah senyawa hidrokarbon rangkap tiga dengan rumus umum CnH2n-2. Alkuna berisomer dengan alkena yang memiliki 2 ikatan rangkap 2 atau suatu senyawa yang memiliki 1 ikatan rangkap dua dan 1 siklik. Sifat-sifatnya antara lain mudah mengalami reaksi adisi seperti alkena, dapat mengalami reaksi oksidasi, dll. (Adrian, 2011)
             
            Alkena dan alkuna dapat dioksidasi menjadi aneka ragam produk, bergabung pada reagensia yang digunakan. Reagensia yang paling sering untuk mengubah alkena menjadi suatu 1-2 diol adalah larutan kalium permanganat atau yang sering disebut dengan KMnO (dalam air). Reaksi larutan permanganat dingin merupakan uji Baeyer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tidak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO coklat. Sewaktu reaksi berlangsung, warna ungu dari ion permanganat digantikan oleh endapan cokelat dari mangan dioksida.
Sehubungan dengan adanya perubahan warna ini, maka reaksi ini dapat digunakan sebagai uji kimia untuk membedakan alkena dan alkuna dari alkana yang pada umumnya tidak bereaksi. Uji Baeyer untuk ikatan rangkap meskipun digunakan secara meluas, mempunyai suatu kekurangan ; gugus apa saja yang mudah dioksidasi (aldehida, alkena, alkuna) akan menunjukkan hasil positif.
Uji bayer merupakan suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatic tehadap oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Pada uji bayers ini dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4. Hasil yang positif adalah hilangknya warna ungu dari larutan kalium permanganate. Contohnya, jika alkena dioksidasi menggunakan pereaksi Baeyer maka akan menghasilkan glikol dengan menghilangkan warna dari reagen Baeyer. Ini merupakan uji pada senyawa yang memiliki ikatan tangkap. Reaksi oksidasi menggunakan pereaksi yang lebih kuat seperti asam dikromat atau asam permanganate atau yang lainnya akan menghasilkan asam dan senyawa keton, tergantung pada alkenanya.(Annisa.2008).
Kalium permanganat yang digunakan pada Uji Baeyer ini memang secara luas biasa  dipakai sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. KMnO ini merupakan suatu pereaksi yang mudah diperoleh,tidak mahal dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Kelebihan yang dimiliki dari kalium permanganat adalah pada titik akhir suatu titrasi cukup untuk menyebabkan pengendapan beberapa MnOAkan tetapi karena reaksinya lambat, maka MnO biasanya tidak diendapkan pada akhir titrasi permanganat.
Uji Bayer yang dilakukan pada minyak nabati seperti pada minyak kelapa, dan minyak sawit dilakukan untuk mengetahui adanya suatu ikatan rangkap atau tidak agar mengetahui bahwa minyak tersebut jenuh atau tidak. Molekul minyak nabati dan lemak hewani mengandung rantai hidrokarbon  yang panjang. Dalam minyak nabati rantai ini tak-jenuh ganda (poly unsturated; memiliki beberapa ikatan rangkap). Minyak nabati seperti pada contohnya minyak kelapa dan minyak sawit dapat diubah menjadi zat yang lebih bersifat padat oleh hidrogenasi parsial ikatan-ikatan rangkapnya.
Reaksinya adalah:
   R     R                                                               R   R                                               
   C = C +    MNO4 (ungu)  --------------- R - C – C – R +   MnO(coklat)
               R     R                                                                 R     R
            Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut.
            Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci, 1987).





IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.       Hasil Pengamatan
Larutan
Minyak Kelapa

Minyak Sawit
Air aquadest
Warna Ungu pekat
Minyak melayang di bagian atas
Warna Ungu pekat
Minyak melayang di bagian atas dan KMnO4 terikat dengan minyak

Aceton
Warna ungu
Minyak larut
Warna ungu ada endapan kuning bening
Minyak mengendap di bagian bawah(terpisah)

Etanol 95% (Alkohol)
Warna merah kecoklatan
Ada endapan putih tidak keruh (terpisah)
Warna merah kecoklatan
Ada endapan keruh kuning (terpisah)


B.        Pembahasan

        Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa karbon ikatan tunggal atau ikatan rangkap menggunakan metode uji baeyer, dan bahan yang digunakan, yaitu, minyak sawit dan minyak kelapa.
Uji Baeyer merupakan suatu uji untuk menunujukkan kereaktifan senyawa hidrokarbon terhadap oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Uji Bayer dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4 terhadap suatu cairan sampel. Penambahan KMnO4 bertujuan untuk mengetahui terjadinya reaksi oksidasi.KMnO4 merupakan zat pengoksidasi yang kuat . Rekasi oksidasi terjadi bila warna ungu dari KMnO4 hilang dari campuran tersebut. Hilangnya warna ungu ion MnO4disebabkan oleh adanya reaksi  ion MnO4-  dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO2- . (Fessenden,1986).
Dari data pengamatan yang diperoleh dari hasil Uji Baeyer ini menunjukkan bahwa terdapat suatu reaksi yang berjalan, hal ini dapat dilihat dari warna ungu yang menghilang dan nampak endapan MnO coklat. Endapan berwana cokelat ini menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap pada larutan. Selain itu apabila terdapat pergeseran warna di dalam larutan yaitu dari ungu ke coklat menandakan adanya reaksi.
Percobaan Baeyer dengan menggunakan sample yaitu air, aseton, dan etanol 95% (Alkohol) menunjukkan hasil yang berbeda-beda setelah didiamkan selama 1-2 menit. Pada larutan minyak kelapa yang menggunakan pelarut air aquadest berwarna ungu pekat dan minyak melayang di atas permukaan larutan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pergeseran warna yang terjadi. Sedangkan pelarut aceton, warna larutan berwarna ungu dan minyak larut, dan pada pelarut etanol 95% (Alkohol)  larutan berubah menjadi kecoklatan, namun endapan bening (tidak keruh) dan memisah di dasar larutan.
Pada larutan minyak sawit  yang menggunakan pelarut air aquadest, larutan berwarna ungu dan minyak melayang dan berbentuk gelembung-gelembung dan mengikat sedikit larutan KMnO4 di bagian atas permukaan cairan. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pergeseran warna yang terjadi. Sedangkan pada pelarut aseton larutan berwarna ungu, namun minyak mengendap dan memisah dengan larutan pada bagian dasar larutan. Pada pelarut yang digunakan yaitu etanol 95% (Alkohol) warna larutan menjadi kecoklatan dan terdapat endapan minyak yang berwarna kuning namun agak keruh.    
Setelah dilakukan suatu percobaan ini didapat suatu hasil. Pada uji coba yag menggunakan aquades pada sample minyak kelapa dan minyak sawit tidak terjadi pergeseran warna. Hal ini menunjukkan bahwa dengan aquades tidak menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap. Pada percobaan yang menggunakan aseton, percobaan dengan sample minyak kelapa maupun minyak sawit tidak menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap sebab tidak terjadi pergeseran warna(warna masih tetap ungu meski pada minyak sawit ada endapan). Pada percobaan menggunakan etanol 95% (Alkohol )dengan sample minyak kelapa dan minyak sawit menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap karena terjadi pergeseran warna menjadi kecoklatan.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa minyak kelapa dan minyak sawit yang diberi pelarut etanol 95%(Alkohol) mengandung ikatan rangkap. “Pereaksi-pereaksi ini menyerang elektron (pi) pada ikatan rangkap. Alkena bereaksi dengan kalium permanganat membentuk glikol (glycols) yaitu senyawa dengan dua gugus hidroksil berdampingan”(Hart, 1983).
3 C=C   + 2K+MnO4- + 4H2O                              3  C   -  C + 2MnO2 + 2 K+ + OH-






 
                                                         OH OH
Alkena   Kalium permangat                                     Glikol     mangan dioksida
 (ungu)                                                                  (coklat-hitam)


V
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
1.      Uji Baeyer  digunakan untuk melihat adanya ikatan rangkap yaitu alkena (ikatan rangkap 2) dan alkuna (ikatan rangkap 3).
2.      Minyak kelapa dan minyak sawit yang diberi pelarut etanol 95% mengandung ikatan rangkap.
3.      Larutan KMnO4 adalah pengoksidasi yang kuat.

B.       SARAN
·         Sebaiknya praktikan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur untuk meminimalisir kesalahan
·         Agar lebih memahami tentang semua materi pratikum kimia dasar 2 akan lebih baik apabila setiap mahasiswa melakukan semua percobaan dari setiap acara
·         Praktikum sebaiknya dilaksanakan dengan kondusif dan kerjasama antar kelompok harus terjaga dengan baik untuk kelancaran acara praktikum





DAFTAR PUSTAKA

Dana, Adrian. 2011. Identifikasi Hidro karbon. http://dannaadriann.blogspot.com. Diakses 09 Juni 2012
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta: Bina Aksara
Fessenden, Ralp J dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, Ralph J. 1986. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
G.B, Abdulloh. 2007. “Mengidentifikasi senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh dengan cara reaksi adisi dan oksidasi”. Jurnal Hidrokarbon. Diakses pada 06 Juni 2012
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990.  Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.                Jakarta: Erlangga


Moonshine,Abie.2011.Laporan identifikasi senyawa hidrokarbon. http://abie-moonshine.blogspot.com/2011/11/laporan-identifikasi-senyawa.html Diakses pada 09 Juni 2012
Pandang,Tuntung.2011. http://harmudzie-kim.blogspot.com/. Diakses pada 09 Juni 2012
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Syabatini, Annisa.2008. http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/hidrokarbon/ Diakses pada 09 Juni 2012
Wilbraham, Antony. 1992. Pengantar Kimia Organik Dan Hayati. Bandung: ITB











LAMPIRAN
No
Sampel
Pelarut
Pereaksi
Hasil Reaksi
Hasil Reaksi Setelah Dibiarkan 2 menit
1.
Minyak Kelapa
Air/ Aquades
KmnO4
Foto0859.jpg
Foto0866.jpg
2.
Minyak Kelapa
Aceton
KmnO4
Foto0860.jpg
Foto0867.jpg
3.
Minyak Kelapa
95% Etanol
KMnO4
Foto0861.jpg
Foto0868.jpg
4.
Minyak Sawit
Air/ Aquades
KMnO4
Foto0862.jpg
Foto0869.jpg
5.
Minyak Sawit
Aceton
KMnO4
Foto0864.jpg
Foto0870.jpg
6.
Minyak Sawit
95% Etanol
KMnO4
Foto0865.jpg
Foto0871.jpg

Tidak ada komentar: