Senin, 06 Januari 2014

Hubungan Maag dan Sakit Kepala

Secara langsung, kecuali sistem syaraf, tidak ada hubungan antara perut dengan kepala, begitu pula dengan kejadian sakit antara keduanya. Secara sepintas, maag tidak menyebabkan sakit kepala, begitu pula sebaliknya. Tapi di sekeliling kita seringkali sakit maag disertai dengan sakit kepala.
Banyak jawaban yang mengatakan bahwa penyebab sakit kepala tersebut karena stress akibat sakit maag, atau konsumsi obat sakit kepala yang berlebihan dapat menyebabkan maag. Secara medis memang demikian, tapi banyak kasus penderita maag akut seringkali menderita sakit kepala yang tak tertahankan bukan karena stress dan konsumsi obat, awalnya seperti migren (sebelah kepala saja) dan lama kelamaan seluruh kepala. Apa penyebabnya?
Pada dasarnya, penyakit naiknya asam lambung atau maag merupakan penyakit yang disebabkan oleh naiknya asam dari perut ke tenggorokan. Selain menyebabkan maag, naiknya asam lambung tersebut dapat pula menyebabkan sakit kepala yang sangat dahsyat.
Secara ilmiah, proses naiknya asam lambung terjadi ketika ada relaksasi yang terjadi di Lower Esophageal Sphincter (LES), yang kemudian memungkinkan cairan di perut mengalir kembali ke kerongkongan. Orang yang asam lambungnya meningkat, pada kerongkongan bagian dalam dipenuhi dengan cairan dan gas. Gas yang ada didalam kerongkongan itu akan terus bertambah dan menekan ke organ-organ lain sehingga ulu hati terasa sakit dan otot bagian belakang kepala menjadi tegang. Tegangnya otot bagian belakang kepala inilah yang menyebabkan asupan oksigen ke otak berkurang. Perlu diperhatikan bahwa sakit kepala disebabkan asupan oksigen ke otak berkurang, atau tidak sesuai dengan dibutuhkan otak. Proses inilah yang menyebabkan sakit kepala tak tertahankan.
Jika katup kerongkongan bagian dalam bisa terbuka,maka akan mengeluarkan sendawa, seringnya mengalami sendawa akan sedikit mengurangi sakit di kepala.
Bagi anda yang menderita sakit kepala tanpa tahu penyebabnya, ingat-ingatlah kembali, mungkin anda punya riwayat sakit maag, mungkin itu penyebabnya. Makanya sembuhkan dulu sakit maagnya, semoga sakit kepalanya ikut sembuh.

Selasa, 18 Juni 2013

LAPORAN STATISTIKA



LAPORAN PRAKTIKUM STATISTIK


ACARA I
ANALISIS DATA EKSPERIMENTAL
ANALISA HIPOTESIS KOMPARATIF (UJI T)









Disusun Oleh
Kelompok 10:
Arimah                                   A1M011021
Gadis Tri Wahyuni               A1M011046




KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013
A.                TEORI DASAR
Data adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai suatu persoalan, yang dapat berbentuk kategori atau pun berbentuk angka/bilangan. Data merupakan bahan mentah yang jika diolah dengan baik melalui berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi. Dengan informasi tersebut, dapat diambil suatu keputusan.
Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh data atau angka ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah, dengan menggunakan rumus tertentu, seperti menghitung jumlah, rata-rata, proporsi/ persentase. Dalam stastistik, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter populasi. Dengan kata lain hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi, melalui data-data sampel (Sugiyono,2005).
Istilah hipotesis sebenarnya berasal dari kata majemuk terdiri dari kata-kata hipo dan tesa. Hipo, berasal dari bahasa Yunani yang berarti di bawah, kurang atau lemah. Sedangkan tesa yang berarti teori atau proporsi yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis adalah pernyataan yang masih kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya. Jika suatu hipotesis telah dibuktikan kebenarannya, namanya bukan lagi hipotesis. (Kerlinger, 1979)
1.                  Jenis Hipotesis
Jenis hipotesis berdasarkan perumusannya terdiri dari dua jenis yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol adalah hipotesis/dugaan yang menyatakan tidaknya ada hubungan atau perbedaan antara variable X dan variable Y. Sementara, hipotesis alternatif adalah hipotesis/dugaan yang menyatakan adanya hubungan atau perbedaan antara variable X dan variable Y.
Berdasarkan perumusan masalahnya, hipotesis dibagi menjadi tiga jenis yaitu hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif. Hipotesis deskriptif adalah dugaan yang menjadi jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif (menggambarkan). Hipotesis komparatif adalah dugaan yang menjadi jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif (membandingkan). Pada rumusan ini, variabelnya sama tapi berbeda pada populasi dan sampel atau kejadian itu terjadi pada waktu yang berbeda. Terakhir, hipotesis asosiatif adalah dugaan yang menjadi jawaban sementara terhadap rmusan masalah asosiatif yang menanyakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih.
2.                  Pengujian Hipotesis
Berdasarkan distribusinya, pengujian hipotesis dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu:
1.                  Pengujian hipotesis dengan distribusi Z
2.                  Pengujian hipotesis dengan distribusi t (t-student)
3.                  Pengujian hipotesis dengan distribusi χ2 (chi-square)
4.                  Pengujian hipotesis dengan distrbusi F (F-ratio)
Menurut William (1995), arah pengujian hipotesis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:    
a.                  Uji Satu Arah
Pengajuan  dan  dalam uji satu arah adalah sebagai berikut:
: ditulis dalam bentuk persamaan (menggunakan tanda =)
: ditulis dalam bentuk lebih besar (>) atau lebih kecil (<)
Contoh Uji Satu Arah
a.                          :           = 50 menit   
        :           < 50 menit
b.                         :           = 3 juta
        :           < 3 juta 
Nilai tidak dibagi dua, karena seluruh diletakkan hanya di salah satu sisi selang misalkan :
       :                            Wilayah Kritis **) :  atau
        :                            
*)  adalah suatu nilai tengah yang diajukan dalam
**) Penggunaan z atau t tergantung ukuran contoh contoh besar menggunakan z; contoh kecil menggunakan t.
                   :                           Wilayah Kritis **) :
                    :                             atau    
             
           


                                                                                      0       
daerah terarsir                 daerah penolakan hipotesis
daerah tak terarsir            daerah penerimaan hipotesis
b.                  Uji Dua Arah
Pengajuan  dan  dalam uji dua arah adalah sebagai berikut :
       : ditulis dalam bentuk persamaan (menggunakan tanda =)
        : ditulis dengan menggunakan tanda
Contoh Uji Dua Arah
a.                          : = 50 menit
        : 50 menit             
b.                         : = 3 juta
        : 3 juta                                
Nilai dibagi dua, karena diletakkan di kedua  sisi selang misalkan :
       :          
        :          
Wilayah Kritis **) :      dan           atau
                                                  dan
*)  adalah suatu nilai tengah yang diajukan dalam
**) Penggunaan z atau t tergantung ukuran contoh, contoh besar menggunakan z; contoh kecil menggunakan t.
                                                                       
 

                                                           

   luas daerah terarsir                                                         luas daerah terarsir ini =
   ini = a/2 = 0.5%                                                                    a/2 = 0.5%
                                                                  
                        -z a/2 atau                   0          z a/2 atau
-t(db;a/2)                                t(db;a/2)         
daerah terarsir                daerah penolakan hipotesis
daerah tak terarsir            daerah penerimaan hipotesis
3.                  Uji T (t-student)
Uji t dikembangkan oleh William Sealy Gosset. Dalam artikel publikasinya, ia menggunakan nama samaran Student, sehingga kemudian metode pengujiannya dikenal dengan uji t-student. William Sealy Gosset menganggap bahwa untuk sampel kecil, nilai Z dari distribusi normal tidak begitu cocok. Oleh karenanya, ia kemudian mengembangkan distribusi lain yang mirip dengan distribusi normal, yang dikenal dengan distribusi t-student. Distribusi student ini berlaku baik untuk sampel kecil maupun sampel besar. Pada n ≥ 30, distribusi t ini mendekati distribusi normal dan pada n yang sangat besar, misalnya n=10000, nilai distribusi t sama persis dengan nilai distribusi normal (lihat tabel t pada df 10000 dan bandingkan dengan nilai Z).
Definisi Uji-t (t-test) merupakan statistik uji yang sering kali ditemui dalam masalah-masalah praktis statistika. Uji-t termasuk dalam golongan statistika parametrik. Statistik uji ini digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji-t digunakan ketika informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui.
Uji t (t-test) merupakan prosedur pengujian parametrik rata-rata dua kelompok data, baik untuk kelompok data terkait maupun dua kelompok bebas. Untuk jumlah data yang sedikit maka perlu dilakukan uji normalitas untuk memenuhi syarat dari sebaran datanya.
Umumnya pada uji t dua kelompok bebas, yang perlu diperhatikan selain normalitas data juga kehomogenan varian. Kehomogenan data digunakan untuk menentukan jenis persamaan uji t yang akan digunakan. Pemakaian uji t ini bervariasi. Uji ini bisa digunakan untuk objek studi yang berpasangan dan juga bisa untuk objek studi yang tidak berpasangan.
Untuk uji T berpasangan memiliki rumus perhitungan sebaga berikut:
a.                   SSD (JK)                     = ∑di2
b.                  MS                 =
c.                   S                  =
d.                  tc                                         = / S
Bandingkan tc dengan nilai t tabel (α = 5%, df)
B.                  TUJUAN

1.                  Mengenal dan memahami analisis uji T
2.                  Mampu mengaplikasikan analisis uji T untuk membandingkan apakah ada kenaikan hasil tumbukan (bobot beras) dari hasil penumbukan selama 5 menit dengan hasil tumbukan selama 10 menit dengan alat penumbuk mekanis.

C.                BAHAN DAN ALAT

1.                  Gabah kering giling
2.                  Alat tumbuk mekanis (Alat yang akan dianalaisis)
3.                  Alat ukur : Timbangan
4.                  Alat tulis : Ballpoin, Kertas
5.                  Alat hitung : Kalkulator

D.                PROSEDUR KERJA

E.                 HASIL PENGAMATAN
Judul              : Analisis komparatif data eksperimental kenaikan hasil tumbukan antara waktu tumbuk 10 menit dan 15 menit
Perumusan Masalah : Apakah terjadi kenaikan hasil tumbukan antara waktu tumbuk 10 menit dan 15 menit
Ho       : Tidak terjadi kenaikan hasil tumbukan antara waktu 10 menit dan 15 menit
Ha       : Terjadi kenaikan hasil tumbukan antara waktu 10 menit dan 15 menit.

1.                  Tabel Data Pengujian Kenaikan Hasil Tumbukan



Sampel
Gabah Tumbuk 10’ (YA)
Gabah Tumbuk 15’ (YB)
Di = (YB – YA)
di
( Di - )
di2
1
60
75
15
-17
289
2
30
80
50
18
324
3
25
60
35
3
9
4
35
80
45
13
169
5
80
95
15
-17
289
230
390
160
0
1080
Rata-rata
46
78
32
0
216
Perhitungan :
a.                   SSD (JK)                     = ∑di2 
= 1080
b.                  MS                 =
= = 270
c.                   S                  =
= = = = 7.35
d.                  tc                                         = / S
=  = 4.35
            tc          = 4.35             
tc > tα maka                              Ho ditolak
            tα          = 2.132
Kesimpulan, terjadi kenaikan hasil tumbukan antara waktu tumbuk 10 menit dan 15 menit.
F.                 PEMBAHASAN
Untuk membandingkan apakah ada kenaikan hasil tumbukan (bobot beras) dari hasil penumbukan selama 10 menit dengan hasil tumbukan selama 15 menit dengan alat penumbuk mekanis dapat menggunakan analisis uji T terhadap hasil tumbukan selama waktu tersebut.
Terdapat data yaitu sebanyak 5 sampel untuk hasil tumbukan selama 10 menit dengan hasil tumbukan yaitu 60, 30, 25, 35, dan 80. Sementara 5 sampel berikutnya untuk hasil tumbukan selama 15 menit yaitu 75 80, 60, 80, dan 95. Selanjutnya, kami membuat hipotesis dengan hipotesis yang pertama yakni Ho. Ho menyatakan bahwa “ tidak terjadi kenaikan hasil tumbukan antara waktu 10 menit dan 15 menit “. Sementara, Ha atau hipotesis alternatif menyatakan bahwa “ terjadi kenaikan hasil tumbukan antara waktu 10 menit dan 15 menit “
Untuk membandingkan apakah ada kenaikan hasil tumbukan maka digunakan analisis uji T terhadap hasil tumbukan waktu tersebut. Pertama, dihitung selisih antara sampel hasil tumbukan selama 15 menit dan 10 menit yang dapat kita simbolkan dengan Di. Hasil yang didapatkan yaitu 15, 50, 35, 45, dan 15. Sesudah mendapatkan Di maka dihitung jumlah keseluruhan Di yaitu 160 dan dirata-ratakan mendapatkan hasil 32. Hasil dari rata-rata Di disimbolkan dengan . Selanjutnya, kami menghitung di dengan mengurangi masing-masing Di dengan sehingga mendapatkan hasil -17, 18, 3, 13, dan -17. Selanjutnya kami menghitung di2 dengan mengkuadratkan hasil di maka didapatkan hasil 289, 324, 9, 169, dan 289. Hasil dari di2 kemudian dijumlah seluruhnya sehingga mendapatkan hasil 1080.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan dengan berbagai rumus. Rumus yang pertama adalah mencari JK atau Jumlah Kuadrat. Menghitung Jumlah Kuadrat menggunakan jumlah dari di2 yang berarti didapatkan hasil sebanyak 1080. Menghitung MS (varian) adalah langkah berikutnya dengan membagi antara Jumlah Kuadrat dengan n-1 yang berarti jumlah sampel dikurang satu. Hasil yang didapatkan adalah 1080 dibagi dengan 5 sampel yang sudah dikurang 1 menjadi 270.
Langkah selanjutnya adalah menghitung S(standar deviasi) dengan mencari akar dari pembagian antara Jumlah Kuadrat dengan n(n-1). Hasil yang didapatkan adalah akar dari pembagian 1080 dengan 5(5-1) menjadi 7.35. Lalu, langkah selanjutnya adalah mencari tc atau t hitung dengan membagi  dengan S(standar deviasi). Maka hasil yang didapatkan adalah pembagian antara 32 dengan 7.35 menjadi 4.35. Terakhir adalah membandingkan tc atau t hitung dengan tα. Arah pengujiannya adalah satu arah atau one tail karena pernyataan yang didapatkan adalah terjadi kenaikan atau tidak terjadi kenaikan. Maka, tα yang kita cari adalah yang one tail yakni 2, 132. Setelah dibandingkan, ternyata kesimpulan yang didapatkan adalah karena tc lebih besar jumlahnya daripada tα maka Ho ditolak yang berarti “ terjadi kenaikan hasil tumbukan antara waktu tumbuk 10 menit dan 15 menit “.
G.                KESIMPULAN

1.                  Uji t (t-test) merupakan prosedur pengujian parametrik rata-rata dua kelompok data, baik untuk kelompok data terkait maupun dua kelompok bebas.
2.                  Setelah melakukan analisis uji T untuk membandingkan kenaikan hasil tumbukan antara waktu tumbuk 10 menit dan 15 menit maka didapatkan kesimpulan bahwa terjadi kenaikan hasil tumbukan antara waktu tumbuk 10 menit dan 15 menit.

H.                SARAN

1.                  Hasil Analisis
Karena terjadi kenaikan hasil tumbukan pada saat ditumbuk selama 15 menit maka sebaiknya waktu penumbukan yang dilakukan adalah selama 15 menit.
2.                  Praktikum
Praktikum yang dilakukan sebaiknya lebih dikondusifkan baik pada saat pengamnilan data maupun analisa data sehingga praktikum bisa berjalan cepat dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Kerlinger, Fred N. (1979). Behavioral Research: A Conceptual Approach. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta
Wiersma, William (1995). Research Methods in Education: An Introduction. Sixth edition. Boston: Allyn and Bacon.